Statistik eGaming, Starburst Tergeser dan Pirots Berhasil Kuasai Pasar

Statistik eGaming, Starburst Tergeser dan Pirots Berhasil Kuasai Pasar

Statistik eGaming memberikan informasi mencengangkan, di mana Starburst tergeser dan Pirotes berhasil menguasai market, simak detailnya di sini.

Kevin Dale melakukan peninjauan permainan dengan fitur Buy Bonus (Beli Bonus), kenaikan harga, dan juga daftar dari 20 game populer yang ada di dunia. Kalau kita lihat kembali di Juli tahun 2024 lalu memang Starburst berada di puncak tangga eGaming Monitor, walaupun Pragmatic Play mulai menavigasi dengan 7 judul sekaligus.

Detail Statistik eGaming Monitor Lengkap

Setahun setelahnya tepatnya di bulan Juli 2024 ternyata data statistik menunjukkan perubahan drastis. Di mana Starburst kini turun ke posisi 5, sedangkan Pragmatic Play berhasil menempatkan sekitar 12 judul di jajan 20 besar data.

Meski demikian, bintang utama provider tersebut bukanlah game tema manis atau permen, melainkan Gates of Olympus atau Kakek Zeus yang terkenal sejak lama.

Di sisi lain ada provider bernama Play’n GO yang jadi saingan utama dari provider Pragmatic Play. Play’n GO dengan seri Of Dead-nya masih begitu kuat dan cukup sulit dikalahkan oleh para pesaing lain.

Dari statistik terbaru bisa dilihat paling mencuri perhatian di sesi ini adalah judul baru yang dirilis oleh ELK Studios yaitu Pirotes 3 yang jadi satu-satunya rilis baru dan berhasil masuk ke jajaran top 20.

Daftar 20 Game Teratas Sesuai Pendistribusian

Statistik eGaming, Starburst Tergeser dan Pirots Berhasil Kuasai Pasar

Perlu diingat kembali bahwa game live akan dimasukkan ke dalam daftar maka Crazy Time dan Lightning Roulette dari Evolution Gaming, serta Sweet Bonanza Candyland dari Pragmatic Play maka semuanya akan masuk ke top 20.

Pada tahun 2023 game crash Aviator pertama kali masuk ke jajaran 20 besar, dan sesuai dengan prediksi game tersebut stabil sejak saat itu hingga sekarang. Kesuksesan Aviator juga jadi pencetus lahirnya game sejenis.

Sejak saat itulah ada 30 studio baru resmi merilis game crash, ini menjadikan jumlah total jadi 2 kali lipat. Untuk statistik lengkapnya tentang produksi dan distribusi game sesuai studio, operator, atau jenis game bisa anda perhatikan dengan seksama pada gambar yang tertera di pembahasan ini.

Buy or Not to Buy?

Yang menjadi pertanyaannya mengenai fitur Buy Bonus atau beli bonus tengah jadi sorotan beberapa waktu belakangan ini. Meningkatnya pengaruh dari para streamer menjadikan game dengan fitur Buy Bonus kian populer dan dianggap lebih menarik. Namun opsi tersebut hanya ada di wilayah tertentu yang mengizinkan fitur beli.

Meski demikian ada juga pihak yang menentang opsi tersebut, mereka beranggapan bahwa fitur tersebut malah menyebabkan “dopamine hit” dan mempercepat kejenuhan pemain akibat risiko serta tingkat volatilitasnya begitu tinggi. Belum lagi pemain diiming-imingi peluang menang lebih besar, padahal modal yang dikeluarkan juga lebih tinggi.

Adanya perdebatan memang wajar, apalagi hal tersebut mirip dengan game peruntungan lain seperti pasang 1×2 di permainan sepak bola atau akumulator berisiko tinggi, cash out bisa cepat atau lama di game crash, hingga taruhan bernilai kecil maupun besar.

Sangat disayangkan meski variasi tersebut sudah umum di banyak produk, sayangnya game dengan fitur Buy Bonus bentrok dengan regulasi, bahkan di beberapa yuridiksi keberadaannya dilarang.

Bonus Buy: Tren, Hanya Hype, atau Terancam?

Jadi, apakah sebuah game dengan fitur Buy Bonus hanya tren sesaat, terlalu dilebih-lebihkan, atau hanya menghadapi ancaman dari regulasi?

Dari data yang didapat bisa diketahui bahwa meski banyak yang mengira produksi telah melonjak, namun persentase game baru dengan fitur tersebut masih stagnan di 0,6% dari semua rilisan selama 3 tahun terakhir. Fakta tersebut menunjukkan hasil analisis data tidak selalu sesuai dengan ekspektasi operator atau provider.

Kenaikan Harga dan Strategi Operator

Topik lain yang hangat diperbincangkan yaitu kenaikan harga. Contohnya operator eGaming DraftKings yang sempat berencana memberikan biaya tambahan untuk menutupi kenaikan pajak, namun hal tersebut diurungkan.

Alih-alih menguji secara diam-diam tentang pengumuman kenaikan harga ke media finansial, malah terlihat sebagai kesalahan informasi. Menenangkan para investor sembari menyampaikan kabar buruk ke pelanggan utama bukan langkah tepat.

Agar lebih bijak seperti yang dicatat oleh tim Regulus, operator bisa saja menyesuaikan margin di pasar dengan pajak lebih besar, layaknya game online di Jerman dengan RTP berbeda. Hasilnya pun efektif, tidak begitu mencolok, dan mengurangi risiko buruknya reputasi.

Pergerakan di Dunia Kemitraan

Sedangkan di sisi kemitraan EveryMatrix terus berusaha memperluas jaringan dengan menambahkan AFB Gaming dan Coin Machine Gaming beberapa waktu belakangan ini. Sedangkan Gaming Corps menjadi studio paling sibuk untuk hal kerja sama, mereka resmi menggandeng IGP dan Softland sebagai mitra terbaru.

Published by

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *