Dari Australia ke Amerika, Puzzle Bisnis Ballys Corp

Dari Australia ke Amerika, Puzzle Bisnis Ballys Corp

Dalam industri igaming, apa perusahaan paling populer? Banyak yang mengira Ballys Corp, mari kita simak fakta bisnis dari perusahaan satu ini.

Di dunia olahraga, ada kalanya tim underdog bisa terus-menerus mengalahkan prediksi hingga para pakar akhirnya terpaksa mengakui bahwa “saya mungkin tidak menjagokan mereka, namun saya berusaha berhenti menganggap mereka remeh.”

Kita dapat melihat banyak contoh, bahkan ada yang berakhir dengan kemenangan atau ada yang nyaris menang. Contohnya ketika perjalanan Indiana Pacers ke Game 7 Final NBA tahun ini, gelar juara dari Premier League Leicester City 2015–16, atau comeback bersejarah Boston Red Sox usai point tertinggal 3-0 dari Yankees di ALCS 2004.

Ballys Corp Jadi Identitas Korporasi

Di industri igaming, menang atau kalah bukanlah hal sederhana. Tidak ada pihak yang mengangkat trofi kemenangan kasino atau parade di Las Vegas Strip. Namun kalau ada perusahaan yang pantas disebut sebagai underdog dan melampaui ekspektasi, Ballys Corp bisa jadi salah satunya.

Perusahaan ini berbasis di Rhode Island, Ballys merupakan entitas korporasi yang terbentuk dengan cara rumit hingga membuat Dr. Frankenstein berpikir dua kali.

Keuangan yang begitu ketat, bahkan perusahaan tersebut terhitung telah beberapa kuartal tidak menggelar konferensi dari hasil keuangan dengan analis. Asetnya tersebar secara luas dari Las Vegas, Chicago, New York, hingga Australia. Namun entah bagaimana caranya Ballys selalu menemukan jalan keluar dari setiap masalah yang ia hadapi.

Dilakukannya kesepakatan besar dengan Gaming and Leisure Properties menyelamatkan kepentingannya di Chicago dan Las Vegas. Merger terbalik dengan Intralot memberikan suntikan dana dan melepas bisnis digital internasional. Baru-baru ini ada tawaran kasino di New York melalui campur tangan Eric Adams selaku Wali Kota, sedangkan anak perusahaan di Australia mendapat aset besar tanpa diduga sebelumnya.

Ballys Corp dianggap mampu menemukan solusi meski masalah yang dihadapi rumit, pertanyaan besarnya adalah hingga kapan perusahaan tersebut bisa berada di atas angin?

Taruhan di Bronx

Fenomena Ballys dianggap sebagai proyek kasino di New York, mereka mengusulkan pembangunan resort senilai $4 miliar di lapangan golf miliknya di Ferry Point, Bronx. Sejak awal proyek tersebut terbentuk maka proyek tersebut dianggap jadi misi mustahil.

Mengapa demikian? Alasannya karena Ballys mengalami kesulitan saat menjaga proyek kasino Chicago yang menelan biaya setengah dari angka tersebut. Per kuartal pertama, perusahaan telah melaporkan kas senilai $209 juta dengan utang bersih $3,4 miliar. Nilai tersebut belum termasuk biaya pembangunan dan lisensi kasino New York senilai $500 juta dibayar di muka.

Bukan hanya itu, $500 juta berhasil membeli lapangan golf dari Trump Organization seharga $60 juta pada 2023 lalu. Kalau lisensi telah disetujui maka Ballys Corp perlu membayar biaya tambahan senilai $115 juta. Itu artinya sebelum pembangunan dimulai, biaya awal telah mencapai angka fantastis $615 juta. Koneksi dengan Donald Trump jadi salah satu kritik utama proyek terkait, walau kritik tidak akan menghentikan langkah perusahaan.

Menjelang tanggal 27 Juni lalu dalam pengajuan aplikasi, Ballys Corp membutuhkan persetujuan zonasi yang penting dari dewan kota dan legislatif negara bagian.

Kemudian di akhir bulan Mei dewan kota resmi menunda pemungutan suara, itu memaksa Ballys berpacu dengan waktu di bulan Juni. Soo Kim selaku pimpinan Ballys mengatakan ke New York Post yaitu jika Ballys menang maka Trump akan untung, namun itu malah tidak masuk akal.

Diselamatkan Dua Kali oleh Adams

Ketika itu hambatan di New York dianggap terlalu besar sehingga Ballys butuh dukungan “home rule” untuk perancangan zonasi yang artinya dibutuhkan 2/3 suara dewan kota, hingga akhirnya Adams turun tangan.

Adams mengirimkan surat dukungan dengan mayoritas syarat sederhana. Bagaimana hasilnya? 32 setuju, 12 menolak, dan 7 abstain. Adams menegaskan tindakannya tersebut bukanlah dukungan untuk proyek Ballys Corp namun agar lebih banyak proposal yang bersaing untuk 3 lisensi kasino berbeda.

Tapi setelah Ballys resmi mengajukan tawaran, dewan kota telah kembali menggelar pemungutan suara mengenai zonasi. Bagaimana hasilnya? Kalah telak karena 29 menolak, 9 setuju, dengan demikian proyek pun seakan mati.

Sekali lagi Adams menyelamatkan perusahaan dengan memveto hasil tersebut di 30 Juli. Langkah tersebut sayangnya menuai kritik baru mengenai kedekatan adam dengan Trump dan Ballys.

Walau dewan kota secara teknis bisa menolak veto dengan 2/3 suara sebelum 11 Agustus lalu, namun laporan terbaru mengatakan bahwa anggota dewan seakan tak punya keberanian untuk melawan. Mereka harap proyek Ballys tersingkir dari proses seleksi negara bagian.

Drama di Australia

Drama di New York kian memanas, hal serupa pun terjadi di Australia. Operator mengalami masalah dengan Star Entertainment yang nyaris bangkrut karena utang dan terbukti melanggar regulasi.

Bulan April lalu Ballys Corp resmi masuk dengan tawaran sebesar AU$300 juta untuk menguasai Star Entertainment. Bahkan perusahaan berhasil memangkas investasi AU$100 juta dengan melepas sebagian sahamnya ke investor lain. Ketika itu juga Star hanya memiliki dua properti yaitu Star Gold Coast dan Star Sydney.

Sebelum ditawarkannya Ballys, Star memang telah berniat keluar dari proyek Queen’s Wharf Brisbane karena dana terlalu tinggi. Namun Ballys menentang hal tersebut dan tetap mempertahankan semua aset mereka. Hingga akhirnya muncul kesepakatan pembatalan proyek gagal. Star perlu menanggung komitmen besar walau memberikan Ballys kesempatan aset bernilai tinggi namun harganya terjangkau.

Visi Satu Orang

Semua langkah tersebut begitu cepat dan kian intens sejak Ballys mengambil alih hedge fund Standard General pada Juli lalu. SG dipimpin oleh Soo Kim yang kini jadi “wajah” dari Ballys, ia telah gagal 2 kali dalam pembelian perusahaan sebelum akhirnya sukses dengan harga per saham sebesar $18,25 jauh turun dari penawaran awal $38.

Kesepakatan tersebut menggabungkan Ballys dengan Queen Casino and Entertainment, dan sekarang Ballys punya 19 kasino di berbagai negara bagian Amerika Serikat.

Published by

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *